Orang Asing dan Kenangannya

Orang asing dan kenangannya.
 

Kita memulai segalanya dengan hal biasa. Aku mengiramu jahat. Dan kamu mengiraku sangat galak sebagai wanita. Kita mengawalinya dengan presepsi dan kebencian sendiri. Entah bagaimana awalnya, kadang aku mencoba menemukan titik awal. Titik dimana kita mulai berani bertatap, hanya tatap. Tapi aku tidak bisa memastikan kapan saat itu. Bukan karena aku lupa, bukan. Mungkin karena aku terlalu sering menatapmu hingga aku lupa kapan kita mulai bertatap bersama. Tanpa sadar, aku mulai digerogoti perasaan itu. Asing, aku asing dengan perasaan itu. Aku risih dengan itu. Aku bingung harus bagaimana, aku seperti orang yang baru pertama  dihinggapi rasa itu.
Aku tenggelan dalam rasa yang tak tau darimana datangnya. Aku belum siap. Belum siap untuk jatuh terlalu dalam. Belum siap untuk mengobati luka yang terlalu perih. Aku belum bisa untuk kembali mengobati luka. Bak sebuah raga, hatiku masih terlalu lemah untuk kembali patah.
Kau sudah memilihku, tapi aku belum bisa menetapkan untuk memilihmu, walau rasa itu sudah tumbuh. Waktu seperti menghujatku untuk segera memilihmu. Ingin aku berteriak sekuat tenaga.
Waktu mampu membuatku memilihmu. Tapi bukan berarti pilihanku dikarenakan waktu. Aku memilihmu untuk aku. Untuk kita yang ku anggap akan lebih baik.


  Aku memilih untuk menjadi kita karena aku sudah cukup mengenalmu, menurutku. Aku menetapkan diri menjadi kekasihmu atas dasar rasaku.  Dan kini semua berubah. Hdiupku lebih berwarna. Separuh semangatku seakan berpindah dengan sendirinya kepadamu. Hari hari kita baik –baik saja. Tidak ada hari yang tak indah selama kita masih bersama.
Tapi, Hari yang indah kini sudah musnah. Hari yang tak patah kini sudah menjadi patahan-patahan bak sebuah ranting pohon yang jatuh. Hati yang utuh kembali menjadi serpihan luka. Kau menyukai sahabatku. mengapa aku tau itu ketika aku sudah menganggap semuanya indah? mengapa aku tau itu setelah ku tenggelam pada rasa yang dalam? Dan juga mengapa harus sahabatku? Apakah selama ini hanya ilusimu dan aku terlalu bodoh untuk percaya? Atau memang ini akhir dari kita? Mengapa kau tega membuka lagi luka yang sudah ku sembuhkan perlahan. Mengapa kau sayat lagi perih yang sudah ku tutup dengan hadirmu. Apa kau kira mudah menyelesaikan semua itu?

Dan kini, kau lupa siapa aku. kau lupa siapa aku saat aku selalu mengingatmu. Kau sengaja tidak mengabariku ketika aku selalu meluangkan waktu untuk mengabarimu. Aku lelah. Aku lelah kau lupakan. Aku letih kau tinggalkan. Semua yang kuanggap baik, semula yang ku anggap indah. Musnah. Kau pergi dengan segala teka-teki yang belum berhasil kupecahkan. Kau menghindar dariku. Seakan aku ini orang asing untukmu. Sehingga terlihat seperti aku yang hanya mengenalmu.
Aku lelah mengejarmu, sementara kau berlari sekuatmu. Mari saling melepaskan. Biarkan aku melepaskanmu dengan segala yang berkecamuk di dada. Dan silahkan kau melepasku dengan segala yang kau anggap bukan apa-apa.
Jika memang kau ingin mengingatku. Ingatlah aku sebagai orang asing dan kenangannya, kamu.

Comments

Popular Posts