Di Ujung Jalan
Ujungnya,
Kamu datang
dengan segala kesiapanmu. Kamu membawa bingkisan harapan. Kamu membungkus
segala perhatianmu untukku agar tidak hilang, mungkin. Kamu datang dengan baik,
kamu mendekatiku bukan dengan licik. Kamu membuang segala pelik. Memberikan sedikit
gemercik rasa. Aku mudah nyaman dengan seseorang. Tapi aku tak mudah memberikan
rasa pada seseorang.
Aku merasa beruntung saat itu, saat semua terasa buruk kau datang menghilangkan segala gemelut. Saat semua terasa pahit kau menghampiriku dengan semangatmu. Saat senyum ku mulai hilang kau berusaha mengembalikan. Kau memberiku berjuta harapan, kau membawaku ke dalam hidupmu. Terlalu jauh aku masuk dalam duniamu. Sehingga aku lupa aku punya duniaku sendiri. Sehingga aku tak sadar aku telah berjalan jauh pergi. Aku biarkan itu terjadi. Aku tetap berjalan denganmu, menuju jalan kita. Ya, jalan yang akan kita buat.
Kau mengajakku
menapaki setiap satu jalan yang kita bangun. Kita tapaki semuanya
bersama. Sesekali kita berhenti untuk melihat kebelakang sudah seberapa jauh
kita membangun semuanya. Sesekali aku mengajakmu berhenti untuk menemaniku
menghilangkan lelah. Meredakan keluh kesah. Lalu, kita kembali berjalan.
Aku asyik
berjalan denganmu, apapun yang denganmu selalu aku anggap asyik. Bahkan ketika
kamu cemburu pun kusebut asyik. Aneh bukan. Ternyata sudah jauh kita membangun
jalan kita sendiri. Ternyata kita sudah berhasil melewati kerikil. Kita berhasil
melewati panasnya aspal. Dan selama itu semua baik. Semua indah. Dan aku percaya harapanku,
itu tidak akan musnah.
Baik tinggal
sedikit lagi. Semuanya masih indah bukan. Kita hampir sepenuhnya berhasil. berhasil menyelesaikan jalan kita. namu aku salah, ternyata
kamu mulai lelah, kamu mulai bosan. Padahal aku masih menyimpan lelahku demi
bersamamu, padahal aku masih menahan perih kakiku yang mulai terasa hanya untuk
membangun semuanya denganmu. Tapi kamu mulai lelah. Bukan. Kamu tidak lelah. Ada
faktor lain yang membuatmu seperti ini. Dan sepertinya aku tau.
Ini dia.
Di perjalanan kita yang hampir sepenuhnya, ternyata ada seseorang disana yang
menunggumu, ada wanita yang memang dengan sengaja menunggumu sampai kamu
menyelesaikan jalan ini.
Dan aku
sadar kau bukan membuat jalan kita. Tapi kau membuat jalanmu dengannya dengan
bantuanku. Darah di kakiku kini tak terasa. Lelah di ragaku kini terobati karena akhirnya jalan kita telah rampung. dan kamu baru memulai jalanmu dengannya.
Perihku yang
kini terasa. Perih di hati. terkadang aku terlalu asyik mengerjakan semua
denganmu, yang tanpa aku sadari semua yang aku kerjakan denganmu adalah
hadiahmu untuk dia. dan disini ujung jalan kita.
Comments
Post a Comment